Beternak Sapi ala Petani Selandia Baru

New Zealand memiliki hampir 13.000 peternakan sapi baik skala kecil hingga besar milik perorangan. Sepertiga luas wilayah negara ini berupa lahan peternakan sehingga tidak kaget jika produk peternakan dan pertanian menjadi salah satu pemasukan terbesar negara ini. Populasi ternak di New Zealand lebih banyak dari populasi manusianya. Sebagai perbandingan, melesatnya industri ini di 2007 berdasarkan hasil survei Departemen Pertanian, membuat domba dan biri-biri 12 kali populasi manusia yang hidup di New Zealand (51.839.184 domba; 4.319.932 manusia).

Semua ternak dipelihara dengan sistem ranch, padang rumput. Ternak dilepas di dalam paddock dan memakan langsung rumput yang ditanam di tempattersebut. Pengolahan rumput dihasilkan dari proses manajemen yang panjang dari mulai irigasi tanah, pemilihan bibit, pupuk, hingga pemotongan rumput.

Adapun sistem pemberian pakan dilakukan dengan membagi-bagi paddock yang sudah di perhitungan jumlah ternak dan kebutuhan pakannya. Satu hektar padang rumput mampu memberikan makan 4-5 ekor sapi dalam setahun dan rata-rata kepemilikan sapi di New Zealand minimal 200 ekor sehingga bisa dibayangkan berapa luasnya peternakan di New Zealand. Sementara itu, sistem pemerahan sapi semuanya menggunakan mesin dan sudah menggunakan teknologi terbaru dari sistem pemerahan Herringbone, Rotary, hingga menggunakan robot.

Sistem peternakan sapi perah di New Zealand ini berbeda dengan di Indonesia. New Zealand memiliki kalender farming yang penerapannya sama di semua farm di New Zealand yaitu pada periode Agustus-Oktober adalah musim calving atau kelahiran sapi; November-Desember adalah musim mating atau musim kawin; Januari-Mei adalah musim milking atau produksi milk; dan Juni-Juli adalah musim dry atau sapi tidak memproduksi susu.


Produksi Susu di New Zealand
Produksi susu sapi perah di New Zealand didasarkan pada milk solid yang dihasilkan sehingga Fonterra (koperasi peternak New Zealand) akan membayar susu berdasarkan berdasarkan berat milk solid yang dihasilkan. Sedangkan harga susu ditentukan oleh pasar dunia karena 95 % produsi susu dari peternak New Zealand di ekspor ke berbagai negara di dunia salah satunya Indonesia.

Semua peternak di New Zealand memahami dan memiliki kemampuan perhitungan kebutuhan pakan yang dibutuhkan untuk mendapatkan target produksi milk solid yang diinginkan. Selain itu, peternak New Zealand memiliki standar food hygiene yang baik dan setiap peternakan dituntut memiliki standar mutu tinggi setiap tahunnya yang di nilai oleh pemerintah tentang keamanan pangannya sehingga kualitasnya terjamin setiap tahunnya.

Secara teknis peternak New Zealand mampu lebih memahami ternaknya dengan baik salah satunya perhitungan pakan. Dengan menggunakan sistem grazing, produksi pakan dilakukan sendiri dengan menanam rumput sehingga mampu menekan biaya pakan serta peternak New Zealand menggunakan sistem zero waste farm yang ramah lingkungan. Limbah yang dihasilkan saat pemerahan di cowsheed di tampung ke dalam weeping wall yang kemudian dipisahkan dari padatannya. Limbah cair di tampung dalam lagoondan disebarkan ke paddock. Peternak New Zealand sangat memperhatikan lingkungan setiap pinggir paddock/tempat penggembalaan rumput di tanam pepohonan (riparian) agar air hujan yang membawa kotoran sapi atau pupuk kimia dapat tersaring akar pepohonan sehingga tidak mencemari sungai di sekitar peternakan.

Comments

Popular posts from this blog

RPP Kepariwisataan K13 Revisi

Silabus Kepariwisataan Kurikulum 2013 Revisi